October 15, 2013

The unpublished scene of meter per second


   Di benak gue, yang namanya Student Council alias OSIS itu pasti dipenuhi dengan orang-orang yang super duper kuper, kacamataan, cupu, dan pada umumnya ngga seru. Oleh karena itulah, ketika Sir David mencalonkan gue untuk menjadi ketua OSIS ketika gue kelas 11, respon yang pertama terlontar dari mulut gue adalah: "Lo gila ya Sir?"

   "Excuse me?" ujarnya sambil memiringkan kepalanya dan mengarahkan telinga kanannya ke arah gue. Entah kenapa gue ngerasa kalo Sir David benernya denger apa yang gue barusan omongin dengan jelas, ia hanya memberikan gue satu kesempatan lagi untuk mengganti respon gue.

   "Um. Maksud saya. Anu. Eh. Itu kan nominasinya bakalan di awal tahun ya kan, Sir?" Gue memutar otak gue dengan cepat, berusaha mencari alibi yang cukup kuat supaya gue ngga dinominasiin jadi ketua SC. "Kucing saya ulang tahunnya di bulan Februari, Sir. Dan saya harus siapin pesta ultahnya." Kalimat yang barusan gue lontarkan terdiri dari dua kebohongan, 1. Kucing gue, Garfield, ultahnya bulan Juni, dan 2. Garfield udah mangkat waktu gue kelas lima SD.

   Sir David mengangkat salah satu alisnya. Mukanya kini begitu dekat dengan muka gue sehingga gue bisa melihat dengan jelas satu helai rambut berwarna abu-abu yang mencuat keluar dari hidungnya. "Ini bukan permintaan," ujarnya sambil menyipitkan kedua matanya. "Ini perintah.

   "Sir percaya kalo Agus punya kemampuan leadership terpendam yang luar biasa dan spektakuler dan brilian dan dan--" Ia memutarkan tangan kanannya dalam lingkaran kecil berulang kali seolah mencari kata yang pas. "Magnificent. Sir ngga pingin Agus menyia-nyiakan bakat terpendam Agus. Sir pingin Agus berkembang." (Sebulan kemudian gue baru ngeh kalo Sir David maksa gue jadi ketua SC karena dia taruhan sama guru-guru lainnya mengenai bisa ato ngganya dia mengangkat anak yang malesnya luar biasa [alias gue] menjadi ketua SC).

   Dihadapkan dengan bertubi-tubi alasan seperti itu, gue hanya bisa tertunduk dan mengiyakan "permintaan" Sir David. Gue mencalonkan diri menjadi ketua SC dengan harapan murid lain (yang lebih pinter dan lebih cupu dan lebih memiliki panggilan hidup untuk menjadi ketua SC di masa SMAnya) bakalan diangkat jadi ketua. Oleh karena itulah gue super kaget ketika voting demi voting menyibakkan nama gue.

   Sebuah suara terdengar menggelegar di speaker masing-masing kelas, "...Augustin, Augustin, dan voting terakhir adalah... Augustin lagi! Augustin Limanto telah terpilih menjadi ketua SC Unity International School untuk tahun ajaran 2011-2012!" 

   Kampret. Gue harus menghabiskan masa-masa SMA gue yang sangat berharga dan penuh akan kemudaan ini dengan menjadi ketua SC. Bleh.

   Sekali lagi gue ingetin kalo SC di benak gue itu diisi dengan orang-orang cupu yang berkacamata tebel. Dan gue hampir bener. Di antara lautan manusia yang berkacamata itu, terlihat ada dua sosok cewek yang -- kalo kata Afgan -- mengalihkan dunia gue. Kedua cewek tersebut rupanya berasal dari kelas 10 dan Sir David memperkenalkan mereka sebagai sekretaris dan bendahara SC tahun ini.

   Sang sekretaris berjalan ke arah gue dan memperkenalkan dirinya sebagai "Rhea sekretaris yang suka baca komik yang hanya mendaftar menjadi sekretaris karena dipaksa oleh Filia Graciel." Gue merespon dengan memperkenalkan diri gue sebagai "Agus ketua SC yang suka bubble tea dan martabak" dan menanyakan siapa Filia yang ia maksud.

   Rupanya Filia adalah salah satu dari dua cewek yang berhasil mengalihkan dunia gue di ruangan SC yang penuh dengan manusia berwajah kalkulator itu.

   "Halo, gue Filia. Filia yang suka main gitar," katanya.

   Meskipun nyokap gue selalu ngajarin gue buat menatap mata lawan bicara gue, mata gue dengan sendirinya bergerak ke arah bawah lututnya. "Halo, gue Agus yang suka main sepak bola. Lo maen futsal juga?" tanya gue spontan. Meskipun tadi Filia dan Rhea mengalihkan dunia gue, it's safe to say kalo sekarang betis Filia mengalihkan semesta gue. 

   Rhea terbahak. Dan dengan terbahak, maksud gue TERBAHAK. Suara tawanya terdengar begitu keras sampai semua orang yang ada di ruangan SC berhenti berbincang-bincang dan berpaling ke arah kami.

   "Gue ngga main futsal!" Suaranya yang terdengar agak kesal bikin gue berpikir kalo gue udah memberikan kesan pertama yang buruk. "Gue mainnya sepak takraw," ujarnya sambil nyengir lebar-lebar.

   Ah. Cewek yang punya selera humor yang bisa tertawa pada betisnya sendiri. Maybe I'll get along with her, pikir gue. "Jadi," ujar gue memulai basa-basi gue, "gimana pelajaran so far?"

   "Capek nih. Semangat masih semangat liburan, kayak males mau ngapa-ngapain gitu," kata bendahara berbetis godzilla tersebut.

   "A body at rest tends to stay at rest," kata gue mengulang satu-satunya hukum fisika yang gue inget. "And a body in motion tends to stay in motion. Hukum inersia biasa. Badan lo masih kebiasa liburan, makanya lo mager." Rhea (yang suka baca komik dan daftar jadi sekretaris hanya karena dipaksa Filia Graciel) mengangkat alisnya dan bersiul.

   "Hukum Newton yang pertama? Gue sama sekali ngga nyangka kalo lo se-geeky ini waktu gue pertama kali ngeliat lo," kata Filia sambil tertawa kecil.

   Gue mengangkat dua jari gue. "Hukum Newton yang keDUA."

   "Pertama!" teriak Filia balik.

   "Kedua," jawab gue, berusaha menjaga kekaleman gue.

   "Pertama!"

   Gue langsung menarik keluar hape gue dan meng-google tentang hukum Newton dannnnnnnn rupanya itu hukum Newton yang pertama. Shit, malu juga, pikir gue. Gue langsung menempelkan hape ke telinga gue berpura-pura ada yang menelepon gue dan ngibrit kabur.

   Di saat gue kabur, dalam hati gue berpikir, Ah, cewek yang punya selera humor yang bisa tertawa pada betisnya sendiri DAN pinter. Maybe menjadi ketua SC ngga seburuk seperti yang pertama kali gue bayangin

3 comments:

  1. kenttt sejak kapan novelmu ini? kapan bakal terbit? XD

    ReplyDelete
  2. keren! sudah baca bukunya. tapi masih kepo sama kelanjutannyaa~ Keep Writing!

    ReplyDelete

Your feedbacks keep me writing. Literally. I'd LOVE to hear your thoughts!